PERANAN
TASAWUF DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT MODERN
Didalam kehidupan modern, masyarakat akan mengalami era
globalisasi dari bangsa lain. Secara otomatis, kebudayaan juga ikut
bercampur karena adanya era globalisasi tersebut. Hal ini tentunya akan
membawa gelombang besar bagi masyarakat awam dan dalam menghadapinya diperlukan
kekuatan mental dan spiritual agar tidak terpengaruh dan terjerumus kedalam
hal-hal yang tidak baik.
Ilmu pengetahuan dan
teknologi memang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan umat manusia.
Tetapi, dalam pengolahannya diperlukan pemahaman dan kesadaran bahwa IPTEK
diciptakan untuk kebaikan, bukan keburukan apalagi kejahatan. Contohnya
saja, nuklir. Kita mengetahui bahwa ada dampak negatif dan positif dari
nuklir. Bagi Negara maju, nuklir digunakan sebagai pembangkit tenaga
listrik bagi masyarakat-masyarakatnya. Tetapi, sangat disayangkan jika
seorang ahli nuklir menggunakan nuklir itu sendiri untuk membunuh umat manusia
yang kebanyakan tidak berdosa dengan menciptakan sebuah bom nuklir.
Selain itu, bom nuklir juga mengakibatkan alam menjadi rusak, tumbuhan tidak
dapat hidup dan tanah menjadi tandus. Sungguh, dimata Allah kita telah
menjadi perusak ciptaanNya. Naudzubillahiminzalik!!
Memang diakui bahwa
kehidupan modern banyak memberikan pengaruh yang besar bagi masyarakat.
Orang-orang hanya berpikiran rasional tanpa mementingkan isi hatinya,
orang-orang hanya menjadikan agama sebagai sebuah status dalam KTP tanpa adanya
wujud konkrit dan penerapan kehidupan beragama sehari-hari. Karena agama
hanya dipandang sebelah mata, maka dari itulah manusia banyak yang tidak
memiliki hati nurani karena hatinya tidak terisi oleh roh-roh rohani, akibatnya
kita dapat melihat kemaksiatan dimana-mana. Kita dapat mendengar berita
bahwa ada pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan dan lain-lain SETIAP
HARI. Allah SWT berkata bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang
paling sempurna. Tapi, setelah melihat fakta diatas, hal itu perlu
dipertanyakan, apakah hal itu memang benar?
Manusia yang melakukan
hal seperti itu adalah manusia yang jauh dari Allah SWT sehingga imannya
menjadi lemah. Maka dari itu, dia melakukan segala macam kemaksiatan
tanpa adanya akal dan perasaan.
Inilah fakta-fakta yang terjadi pada masyarakat modern, dan hal
ini akan tambah parah jika masyarakat modern tidak menyadari bahwa mereka
berada di batas jurang kehancuran. Karena, dipastikan mereka lebih
memilih untuk mengejar keduniawian tanpa memikirkan urusan akhirat.
Lagipula, masyarakat
modern hanya percaya kepada rumus-rumus empiris saja, memperturutkan kesenangan
dan kelezatan syahwat, serta paham hidup yang bertumpu pada akal dan pikiran
sehingga akan banyak hal-hal yang terjadi jika hal ini terus
dipertahankan. Tentunya, keadaan masyarakat modern membutuhkan suatu
perubahan yang lebih baik, jika tidak, maka dunia akan hancur karena
tangan manusia itu sendiri.
Peranan Tasawuf dalam dunia Moderen
Sufisme, sebagai aliran kebaktian dan mistik dalam tradisi
islam, telah menjadi sasaran ketegangan modernisasi yang dialami seluruh dunia
muslim. Peningkatan penduduk perkotanan yang cepat, penyebaran pendidikan umum
non-religious dan ilmu alam, pengikisdan hirerki keluarga dan sosial
perkampungan, penggantian kerajaan dengan kekuasaan rakyat., peningkatan
mobilitas dan akses informasi semuanya telah mendatangkan tekanan bagi
komunitas muslim sama dengan tekanan yang dialami masyarakat Barat dalam proses
industrialisasinya.
Bagi sementara kalangan muslim, sufisme atau tasawuf tidak
relevan kepada kemoderenan dan semua yang berkaitan dengan itu, bahkan,
sebaliknya sufisme mereka pandang sebagai hambatan bagi kaum muslimin dalm
mencapai modernitas dan kemajuan dalam berbagai lapangan kehidupan. Karena itu
jika kaum muslimin ingin mencapai kemajuan, maka sufisme dan berbagai bentuknya
haruslah ditinggalkan, karena kemunduran dan kelatarbelakangan kaum muslimin
adalah karena mereka terperangkap ke dalam berbagai praktik sufistik
memabukkan, yang membuat mereka lupa pada dunia.
Pandangan ini, yang menempatkan sefisme sebagai tertuduh, bahkan
suatu hal yang baru. Bahan sejak bermulanya praktik-praktik sufistik di awal
islam, kaum muhaddistin dan fuqoha’ memandang sebagai tidak sesuai dengan sunah
nabi, eksesif dan spekulatif dalam hal menyangkut tuhan.
Bahkan kebangkitan modernisme dan reformasi islam sejak abad ke
20 menjadikan tasawuf sebagai salah salah satu sasaran pembahruan dan pemurnian
islam. Bagi par apemikir dan aktivis modrnis dan reformasi muslim, kaum muslim
bisa mencapai kemajuan hanya dengan nmeninggalkan kepercayaan dan praktik
sufistik yang mereka pandang bervampur dengan bid’ah khurafat tahayul dan
taqlid kepada pemimpin tasawuf dan tarekat.Pandangan-pandangan yang seperti ini
tampak perlu dikaji ulang setelah lebih dari setengah abad negara-negara dan
masyarakat muslim mengalami modernitas
Suatu hal yang sudah pasti yaitu terjadinya kebangkitan sufisme
pada masa modernitas dan globalisasi ini, tidak hanya di indonesia tapi juga
hampir di seluruh kawasan dunia muslim, an bahkan di kalangan muslim di barat.
Ini bertentangan dengan anggapan sementara ahli yang pernah memprediksikan
sufisme tidak dapat bertahan di tengah medernisasi dan kemudian
globalisasi. Tetapi seperti
di ingatkan oleh van Bruinessen dan howel, kebangkitan sufisme tidak bisa
sepenuhnya di pahami hanya sebagai suatu bentuk respons kaum sufi terhadap
modernitas dan globalisai.
Kebangkitan sufisme berkaitan dengan sejumlah faktor keagamaan,
sosial, politik, ekonomi dan budaya yang kompleks. Secara keagamaan, sejak
tahun 1980-an terjadi gejala peningkatan attachment kepada islam, gejala yang
terjdi di indonesia disebut sebagai sntrinisasi. Proses ini di mungkinkan
karena mulai terbentuknya kelas menengah muslimdi tengah terjadi nya perubahan
politik rezim penguasa yang lebih rekonsiiatif dan bersahabat terhadap kaum
muslim dan islam.
Kebanyakan di dunia muslim di mana modernisasi ekonomi dimulai
relatif blakangan dan dalam menghadapi kompetisi dengan masyarakat non-muslim
yang menjadikan langkah awal diantaranya dengan mengorbankan wilayah koloni muslim,
konfrontasi dengan modernitas menjadi sangat traumatis. Kemakmuran materil para
pengembang barat awal telah menarik minat masyarakat muslim yang sedang
berkembang belakangan, tetapi transformasi sosial yang di sosialisasikam dengan
perubahan teknologi dan ekonomi, tidak selalu diterima dengan senang hati.
Mengapa tasawuf penting untuk di kaji di Era Modern?
1. Manusia
moderen kehilangan visi ke-Ilahian
Proses modernisasi, yang dijalankan oleh dunia barat sejak zaman
renaissanse, di samping membawa dampak positif, juga telah menimbulkan dampak
negatif. Dampak positfnya, modernisasi telah membawa kemudahan-kemudahan dalam
kehidupan manusia. Sementara damapk negatifnya, modernisasi telah menimbulkan
krisis makna hidup, kehampaan spiritualisasi dan tersingkirnya agama dalam
kehidupan manusia.
Krisis peradaban moderen bersumber dari penolakan terhadap
hakikat ruh dan penyingkiran ma’nawiyah secara gradual dalam kehidupan manusia.
Manusia moderen mencoba hidup dengan roti semata, mereka bahkan berupaya
membunuh tuhan dan menyatakan kebebasan dari kehidupan akhirat. Konsekwensi
lebih lanjut dari perkembangan ini kekuatan dan daya manusia mengalami
eksternalisas. Dengan eksternalisasi in manusia kemudian menaklukan secara
tanpa batas dan alam dipandang tak lebih dari sekedar obyek dan sumberdaya yang
perlu dimanfaatkan dan di eksploitasi semaksimal mungkin.
Manusia moderen memperlakukan alam sama dengan pelacur, mereke
menikmati dan mengeksploitasi kepuasan dirinya tanpa rasa kewajiban dan rasa
tanggung jawab apapun. Inilah yang menyebabkan krisis di dunia modern, tidak
hanya krisis dalam kehidupan spiritual tetapi juga dalam kehidupan sosial
sehari-hari.
Akibat dari fenomena diatas, masyarakat barat yang telah
mencapai tingkat kemakmuran materisedimikian rupa dengan perangkat teknologi
yang serba mekanisme dan otomatis. Bukan
semakin mendekati kebahagian hidup melainkan semakin kian di hinggapi rasa
cemas justru akibat kemewahan hidup yang diraihnya. Mereka talah menjadi ilmu
dan teknologi, sehingga tanpa disadari integritas kemanusianya tereduksi, lalu
terperangkap pada jaringan sistem rasinalitas teknologi yang sangat tidak
humanitatis. Mereka merasa
cukup dengan perangkat ilmu teknoogi semantara pemikiran dan pemahaman
keagamaan yang bersumbur pada ajaran wahyu dan ditinggalkan. Dengan ungkapan
lebih populer, masyarakat Barat telah memasiki post crisian era dan
berkembangkah paham sekulerisme.
Agar manusia modern dapat keluar dari krisis ini manusia harus
kembali kepusat eksistensi lewat latihan spiritual dan pengamalan ajaran agama.
2. Kehampaan spiritual
Akibat dari terlalu menggunakan rasio, manusia moderen mudah
dihinggapi penyakit kehampaan spiritual. Kemajuan yang pesat dalam lapangan
ilmu pengetahuan dan filsafat rasionalisme abad ke-18 dirasakan tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam aspek nilai-nilai transenden, satu
kebutuhan fital yang hanya bisa di gali dari sumber wahyu ilahi.
Dengan demikian, apabila mereka ingin mengakhiri kesesatan yang
mereka timbulkan sendiri lantaran sering dilupakanya dimensi-dimensi keilahian,
maka mau tidak mau pandangan
serta sikap hidup keagamaan harus dihidupkan kembali kepada mereka.
Kondisi manusia moderen sekarang ini karena mengabaikan
kebutuhan yang paling mendasar dan yang bersifat spiritual, maka mereka tidak
bisa menemukan ketentraman batin,, yang berarti tidak ada keseimbangan
batin. Keadaan ini akan
semakin parah apabila tekannya pada kebutuhan materi kian meningkat, sehingga
keseimbangan akan semakin menaik, singkatnya manusia moderen membutuhkan agama
untuk mengobati krisis yang dideritanya. Karena salah satu fungsi agama adalah
untuk membimbing jalan hiduo manusia agar lebih baij dan selamat, baik di dunia
maupun diakhirat.
3. Tasawuf merupakan kebutuhan
manusia.
Ustadz abas mahmud al-‘aqad mengatakan se-bagian orang ada yang
menduga bahea tasawuf dengan pecahan-pecahanya merupakan turats (peninggalan)
terdahulu yang disisa siakan. Akan tetapi setiap hari bahkan besok pun mereka
mengetauai bahwa dalam hidup manusia membutuhkan tasawuf dalam berbagai
aspeknya walau hanya dalam sehari saja. Latihan jiwa merupakan kebutuhan
primer, seperti hanya latihan fisik. Tasawuf juga termasuk yang dibutuhkan manusia
pada masa kontemporer tasawuf merupakan liberalisasi atau pelepasan tali kekang
manusia moderen dari tanganya. Dengan tasawuf manusia tidak akan cukup waktu
sehari untuk menyiasati tubuh dari berbagai tantangan dan kesulitan atas
kemauan dan kerelaan diri sendiri, dan untuk orang lain.
Dulu orang berkalbu waspada merasa jenuh dengan kondisi
sosialnya, lalu menghijrahkanya ke tempat pertapaan agama. Pada masa modern,
sebagian orang di barat merasa jenuh dengan ulahnya masyarakat, lalu kepada
mereka diberi proteksi filsafat eksistensialisme agar menjadi tempat bernaung
setiap individu. Ketika tradisi kesewenang-wenangan masyarakat menyerbu setiap
individu ia berupaya melepaskan tali kekangan. Terkadang membolehkan segala hal
(free will) terkadang juga mengasingkan perasaa hati nurani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar